BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dampak dari meningkatnya pelayanan kesehatan, peningkatan
ekonomi, serta pola dan gaya hidup yang mengikuti arus globalisasi erat
kaitannya dengan masalah kesehatan. Pola dan gaya hidup yang telah bergeser
dari pola makan tradisional ke pola makan yang siap saji. Disamping itu, cara
hidup yang sangat sibuk dengan pekerjaan menyebabkan tidak adanya kesempatan
untuk berolahraga. Pola hidup yang seperti inilah yang menyebabkan peningkatan
penyakit-penyakit degeneratif seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), Hipertensi, Diabetes Mellitus,
Hiperlipidemia.
Diabetes adalah salah satu penyakit degeneratif yang akan
meningkat jumlahnya di masa datang.
Diabetes
Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron. (Kapita Selekta, ed.3, jilid 1, 2001:
hal. 580).
Insulin adalah hormon yang berfungsi sebagai pengangkut dan menstimulasi glukosa untuk di simpan dalam
hati, otot dan sel yang akan di jadikan sebagai nutrisi dan energi. Ketidakmampuan sel beta memproduksi insulin ini
sering menjadi masalah yang di alami individu akibat faktor keturunan
dan gaya hidup atau pola makan tidak sehat,
sebagai akibatnya sel beta mengalami gangguan karena terlalu sering bekerja,
apabila hal ini terjadi maka kadar gula dalam darah semakin tinggi atau yang di kenal dengan Diabetes
Melitus.
Diabetes Mellitus adalah masalah kesehatan yang serius di
dunia. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap Diabetes di
atas umur 20 tahun berjumlah 100 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun
kemudian, pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang.
WHO memperkirakan Indonesia akan menempati peringkat no.
5 sedunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun
2025. Di DKI Jakarta sendiri telah dilakukan penelitian di 5 wilayah DKI
Jakarta dengan hasil sebanyak 15,1 % dengan diabetes mellitus yang terdeteksi
sebesar 3,8% dan yang tidak terdeteksi sebesar 11,3%.
Dari aspek promotif di tujukan untuk memberikan
pengetahuan dan meningkatkan kesehatan individu dapat dilakukan dengan cara
melakukan penyuluhan kesehatan tentang diabetes melitus, untuk pencegahan
terjadinya penyakit terhadap individu dapat di lakukan dengan cara menjalankan
pola hidup sehat seperti dengan diet makanan rendah gula, kontrol makan dan
olahraga, peran perawat pada aspek kuratif di
tujukan untuk program perawatan dan pengobatan individu terutama
terjadinya penurunan berat badan, kelelahan, dan ketoasidosis dapat dilakukan
dengan pemantauan nutrisi, kolaborasi dalam pemberian obat hiperglikemia
oral, insulin dan pemantauan hasil gula darah. Sedangkan perawat pada aspek
rehabilitatif ditujukan pada proses pemulihan kesehatan dengan cara
mengoptimalkan kondisi fisik klien dan mempertahankan diet dan pengaturan
makanan sehingga klien dapat melaksanakan aktifitas sehari-hari seperti
biasanya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memodifikasi pola hidup sehat
terutama pola makan dan kegiatan jasmani
seperti olahraga.
Dari
uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil
judul “Penyebab
Timbulnya Penyakit Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Masyarakat Di DKI Jakarta”
A.
Rumusan dan Batasan Masalah
Sebagaimana latar belakang yang telah diuraikan diatas,
maka penulisan ini mempunyai rumusan masalah yaitu:
Apakah yang menyebabkan timbulnya penyakit diabetes
mellitus dan bagaimana pencegahannya?
Sedangkan batasan masalah penulisan ini yaitu penderita
diabetes mellitus di DKI Jakarta.
B.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini yaitu untuk mengetahui apakah
yang menyebabkan timbulnya penyakit diabetes mellitus dan bagaimana pencegahannya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian
Diabetes
Mellitus adalah penyakit hiperglikemi yang ditandai oleh ketiadaan absolut
insulin atau insentivitas sel terhadap insulin. (J. Corwin, Elizabeth, 2001:
hal. 542).
Diabetes
Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran
basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron. (Mansjoer, Arif, 2001:
hal. 580).
Diabetes
Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. (Sudoyo, Aru W. “et.al”, 2009: hal. 1880).
Dari ketiga pengertian diatas maka penulis menyimpulkan
bahwa diabetes melitus atau DM adalah penyakit yang disebabkan oleh tidak ada atau karena tidak efektifnya fungsi insulin karena penurunan produksi
insulin, sehingga
menyebabkan meningkatnya kadar gula (glukosa) dalam darah.
B.
Klasifikasi
Diabetes Mellitus
Diabetes melitus di
bedakan menjadi empat , yaitu :
· Tipe 1 : Diabetes
yang tergantung pada insulin/IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus)
· Tipe II : Diabetes melitus yang tidak tergantung
pada insulin/NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus).
· Diabetes yang
berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.
· Diabetes melitus
gestasional (gestational diabetes mellitus atau GDM).
C.
Etiologi
Berdasarkan tipe diabetes diatas maka etiologi diabetes
melitus adalah sebagai berikut :
1. Diabetes
tipe 1 atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) adalah penderita diabetes
yang bergantung pada insulin, dapat disebabkan
oleh beberapa faktor
seperti faktor genetik, dan imunologi.
Insulin Dependet Diabetes Mellitus (IDDM) / DM
type I dipengaruhi oleh:
·
Destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses autoimun.
·
Faktor genetik yang mewarisi suatu predisposisi.
·
Faktor lingkungan, virus, toksin tertentu yang memicu proses autoimun.
2. Diabetes
tipe 2 atau NIDDM (Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus) yaitu penderita
diabetes yang tidak bergantung pada insulin. Diabetes tipe II ini secara
mekanisme yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
belum di ketahui.
Faktor
genetik di perkirakan memegang peranan dalam proses tejadinya resistensi
insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko yang menyebabkan
diabetes tipe II ini terjadi, faktor-faktor
tersebut adalah usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas
65 tahun), obesitas, riwayat keluarga, gaya hidup, dan pola makan.
D.
Patofisiologi
Insulin disekresikan oleh sel II beta yang merupkan
salah satu dari empat tipe sel dalam pulau II langerhans pankreas, Insulin
merupakan hormon anabolik atau menyimpan kalori insulin juga menghambat
pemecahan glukosan, protein, dan lemak yang disimpan pada DM tipe I terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Sehingga glukosa menjadi tidak terkendali dan
tidak bisa disimpan di dalam hati.
Selanjutnya akan dapat menimbulkan hiperglikemia
karena tidak ada pengendalian dalam proses glikogenelisis dan glukoneogenesis.
E.
Manifestasi
Klinis
Sebagai
pedoman dalam diagnosis DM, maka WHO mengeluarkan panduan diagnosis DM, yaitu :
a.
Gejala Klinis
1. Gejala
Khas, yang meliputi poliuria (Sering
kencing), poliphagia (sering lapar), polidipsia (sering haus), lemas, dan berat
badan turun.
2. Gejala
Lain
a. Sistem
kardiovaskuler
Hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sebesar 20
mmHg atau lebih pada saat berdiri), penurunan volume dapat pula menimbulkan
hipotensi yang nyata di sertai denyut nadi lemah dan cepat akibat penurunan
volume cairan intravaskuler/dehidrasi.
b. Sistem gastrointestinal
Anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen dan napas bau
aseton akibat dari efek sampingan pemecahan lemak menjadi badan keton.
c. Sistem pulmoner
Hiperventilasi, pernapasan kussmaul sebagai kompensasi
tubuh guna melawan efek dari pembentukan badan keton.
d. Sistem neurologi
Parestesia,
kesemutan, disfungsi seksual (impotensi pada laki-laki).
F.
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa
keperawatan merupakan pernyataan yang di
buat oleh perawat profesional yang memberi gambaran tentang masalah atau
perawat profesional yang memberi gambaran tentang masalah atau status klien,
baik aktual maupun resiko yang ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi
data hasil pengkajian terkait masalah kesehatan klien berikut penyebabnya yang
dapat di atasi melalui tindakan keperawatan. (Asmadi, 2008 : hal. 172)
Dalam
penulisan pernyataan diagnosa keperawatan meliputi tiga komponen yaitu komponen
P (problem/masalah), komponen E (etiologi/ penyebab), dan komponen S
(symptom/tanda dan gejala).
Secara teoritis diagnosa yang mungkin terjadi pada penderita penyakit diabetes
melitus menurut Marilynn E. Doengoes (2000 : hal.
726) adalah sebagai berikut :
1. Resiko
defisit volume cairan tubuh
berhubungan dengan diuresis osmotik
(dari hiperglikemia), kehilangan gastrik berlebih, diare, muntah.
2. Gangguan
nutrisi berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral, anoreksia, mual, lambung kembung.
3. Resiko
infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit,
perubahan pada sirkulasi.
4. Resiko perubahan sensori/perseptual berhubungan dengan
perubahan kimia endogen, ketidakseimbangan gula/insulin atau elektrolit.
5. Kelelahan
berhubungan dengan perubahan produksi
energi metabolik perubahan kimia darah, insufisiensi insulin.
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka
panjang/progresif yang tidak dapat di obati, ketergantungan pada orang lain.
7. Kurang
pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan belajar berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi, kesalahan interpretasi/informasi,
kurang mengingat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penulisan ini maka telah diketahui penyebab
timbulnya diabetes mellitus diantaranya adalah pola makan yang tidak sehat,
gaya hidup, obesitas, riwayat hidup serta faktor lingkungan pun dapat
mempengaruhinya. Untuk
memberikan pengetahuan dan meningkatkan kesehatan individu dapat dilakukan
dengan cara melakukan penyuluhan kesehatan tentang diabetes melitus, untuk
pencegahan terjadinya penyakit terhadap individu dapat di lakukan dengan cara
menjalankan pola hidup sehat seperti dengan diet makanan rendah gula, kontrol
makan dan olahraga, peran perawat pada aspek kuratif ditujukan untuk program
perawatan dan pengobatan individu terutama terjadinya penurunan berat badan,
kelelahan, dan ketoasidosis dapat dilakukan dengan pemantauan nutrisi,
kolaborasi dalam pemberian obat hiperglikemia oral, insulin dan pemantauan hasil gula darah.
Sedangkan perawat pada aspek rehabilitatif ditujukan pada proses pemulihan
kesehatan dengan cara mengoptimalkan kondisi fisik klien dan mempertahankan
diet dan pengaturan makanan sehingga klien dapat melaksanakan aktifitas
sehari-hari seperti biasanya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memodifikasi
pola hidup sehat terutama pola makan dan kegiatan
jasmani seperti olahraga.
Daftar Pustaka
J.
Corwin, Elizabeth. (2001). Buku Saku
Patofisiologi. (dr. Brahm U. Pendit, Sp. KK., Penerjemah). Jakarta :
EGC.
Asmadi.
(2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta
: EGC.