wibiya widget

Kamis, 26 Mei 2011

Hitam dan Putih

Hitam dan putih….sebuah warna yang selalu berdekatan. Tidak akan ada putih apabila tidak ada hitam. Terkadang seseorang menilai bahwasanya hitam adalah buruk, jelek, suram, tetapi sesuatu yang putih tidak akan lengkap apabila tidak ada hitam. Ya meskipun tidak selalu yang putih itu dilengkapi dengan hitam. Hitam mempunyai banyak makna, dari hitam itulah kita bisa mengetahui banyak hal, kita bisa mendapatkan suatu makna. Namun kita pun jangan salah mengartikan hitam. Dalam kehidupan selalu dipenuhi warna-warna, tentunya kita pun pernah mendapatkan warna hitam dalam kehidupan kita. Mungkin saat kita mendapatkan warna hitam dalam kehidupan kita, kita merasa sangat sulit untuk menghadapi hitam itu. Tetapi justru warna hitam itulah yang membuat kita kuat, yang membuat kita mendapatkan suatu makna baru, yang menjadikan kita lebih semangat. Ibarat sebuah kertas putih yang kosong, kita hanya dapat menilai bahwa itu adalah sebuah kertas, murni tanpa ada campuran apapun. Namun, ketika kita menggoreskan kertas putih itu dengan tinta hitam maka kertas itu akan terlihat ramai. Dari kertas putih yang telah digoreskan tinta hitam tentunya menghasilkan suatu kata, bahkan bisa menjadi sebuah kalimat yang mengandung makna. Itulah hitam yang akan selalu menjadi pelengkap bagi putih.

Rabu, 25 Mei 2011

Kampung Ciptagelar

Ciptagelar, semula bernama kampung Sukamulya, Perkampungan Cantik di Kaki G. Halimun BAGI Encup Sucipta, demikian nama lengkap Abah Anom, ketua adat Kasepuhan, Ciptagelar Ciptarasa memiliki arti tersendiri. Di Ciptarasa lah dia diangkat jadi sesepuh girang (ketua adat) menggantikan ayahnya, Abah Arjo. Abah Anom jadi sesepuh girang dalam usia yang masih sangat muda, 17 tahun. Oleh karena itulah, dia dipanggil Abah Anom (bahasa Indonesia: muda)
Kampung Ciptagelar terkenal karena upacara adat Seren Taun, yang digelar masyarakat adat Banten Kidul sebagai ungkapan syukur atas keberhasilan panen. Setiap tahun, biasanya seremoni itu diselenggarakan satu kali, sekitar bulan Agustus.
Karena Seren Taun, Ciptagelar menjadi salah satu tujuan wisata budaya dan ekologi yang paling menarik di Jawa Barat. Tapi, daya tarik Ciptagelar bukan hanya Seren Taun. Salah satu dari delapan kampung adat di Jawa Barat ini punya banyak pesona yang lain.
Sebagai pusat Kasepuhan Banten Kidul dan berada di ketinggian sekitar 1200 meter dari permukaan laut, secara administratif Ciptagelar termasuk Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Yang disebut komunitas adat Banten Kidul sendiri luas wilayahnya tak main-main. Mulai dari Sukabumi, Bogor, hingga Pandeglang.
Jika kita mengunjungi Ciptagelar bertepatan dengan penyelenggaraan Seren Taun, tentu banyak yang bisa dilihat. Misalnya prosesi iring-iringan pembawa padi yang kemudian akan dimasukkan ke dalam “Si Jimat” dan prosesi doanya. Juga tari dan kesenian seperti dog-dog lojor, debus, calung, rengkong, serta jipeng. Pawai ini panjangnya lebih dari satu kilometer.
Acara puncak biasanya pada Minggu pagi, namun rangkaian acara pendukung sudah digelar sejak Jumat malam. Sebutlah misalnya pameran hasil bumi, aneka pertunjukan seperti wayang golek, dan panggung hiburan.
Meskipun mereka hidup dari hasil bersawah dan berladang yang panen hanya sekali setahun, di keluarga Kesatuan Adat Banten Kidul itu tak terdengar ada kabar tentang kekurangan pangan, apalagi kelaparan. Bahkan, lumbung-lumbung gabah tidak pernah kosong sepanjang tahun. Semua rumah milik warga adat di sana mempunyai lumbung beras sendiri-sendiri. Setiap keluarga ada yang mempunyai satu-dua lumbung, tetapi ada juga yang punya sembilan sampai 12 lumbung. Setiap lumbung kapasitasnya bervariasi, antara 2,5 ton sampai 10 ton gabah kering.

Dari sisi filosofi Leuit mengandung sebuah kearifan lokal yang sudah diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi melalui bahasa yang dipahami bersama akan keharusan “ Ngeureut ceum neum deum keur jagani isuk” (menyisikan untuk hari depan). Inilah wujud tabungan yang sesunguhnya telah dipraktekan lama untuk beberapa tempat ada yang telah dikelola berupa simpan pinjam padi. Leuit menjadi penyambung atau wujud dari beberapa bahasa pitutur dari ajaran-ajaran sunda dan mungkin ini juga terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Sentuhan tradisi dengan nuansa sakral membuat leuit dilingkungan warga kesatuan adat bisa lestari.
Semasa hidup, mendiang Abah Anom, membeberkan formula ketahanan pangan mereka. Bahwa warga tidak menjual hasil panen padinya kepada orang luar, bahkan tidak menjual hasil padinya sama sekali jika memang tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup keluarga mereka selama setahun. Untuk membantu warga lainnya jika sewaktu-waktu kehabisan gabah, setiap warga
juga menyumbangkan sebagian hasil panen padinya ke lumbung paceklik yang dikelola oleh Abah Anom sebagai pemimpin adat mereka.
Ketentuannya, ungkap Aki Upat, warga Kasepuhan Abah Anom yang tinggal di Desa Sirna Galih (Kabupaten Lebak) misalnya, untuk setiap 100 ikat gabah disetor satu ikat ke Abah. Setiap ikat gabah kering itu beratnya antara tiga sampai empat kilogram. Walaupun panen hanya setahun sekali, rata-rata warga Kasepuhan Cipta Gelar yang mempunyai lahan sawah dan ladang seluas dua hektar, bisa mendapatkan hasil gabah sampai 1.000 ikat.
Hitungannya, untuk satu hektar lahan sawah mereka menanam 20 ikat bibit padi. Bibit padi itu sejak zaman nenek moyang jenisnya selalu sama, yaitu Tampeuy atau Belut.

Kamis, 19 Mei 2011

Adat Istiadat Suku Sunda

Suku sunda adalah salah satu suku yang ada di pulau Jawa diantara puluhan suku yang ada di Indonesia. Dalam hal ini saya memilih suku sunda karena darah saya adalah darah sunda, jadi saya sangat tertarik untuk mengetahui dan memperdalam tentang suku sunda.
Dengan mempelajari adat istiadat berarti kita telah mempelajari suatu entitas kebudayaan bangsa. Ini adalah salah satu cara saya dalam melestarikan suatu adat istiadat tanpa mengurangi segala sesuatu yang ada dalam adat istiadat tersebut.
Suku sunda sangat beragam macamnya, diantaranya terdapat bahasa dan karya seni.
1. Bahasa
Dari sudut sejarah dapat diterangkan bahwasanya terdapat bahasa sunda yang halus ataupun kurang halus (kasar).
Sunda Priangan pernah mendapat pengaruh dari kerajaan Mataram Islam. Antara kaum bangsawan sunda di Sumedang dan kaum bangsawan di Yogyakarta dan Solo terdapat hubungan kekerabatan, sehingga bahasa Sunda Priangan lebih halus.
Sedangkan pada daerah yang telah tercampur dengan penggunaan bahasa Jawa, cenderung lebih tidak halus. Ini dapat terlihat pada penggunaan bahasa Sunda di Cirebon atau Banten. Karenanya mereka lebih menyebut diri sebagai orang Cirebon atau orang Banten. Tetapi sebaliknya, bagi orang Sunda Priangan semua orang yang memakai bahasa Sunda sebagai bahasa ibu, dimanapun dia tinggal tetap disebut sebagai orang Sunda.
2. Karya Seni

Cerita pantun adalah karya sastra Sunda yang tertua, yang berisi cerita-cerita kepahlawanan dari suku Sunda dalam wujud puisi yang saling bergantian dalam bentuk prosa berirama. Pantun-pantun itu biasanya diiringi dengan iringan kecapi.
Bentuk karya seni lainnya adalah wayang dan cerita wawacan.
Ceruta-cerita wayang lebih banyak yang berasal dari epos legendaries dari India, yakni Mahabarata dan Ramayana. Wayang pun diiringi dengan nyanyian para sinden.
Sedangkan cerita wawacan lebih banyak diambil dari cerita-cerita Islam, yang diceritakan dalam bentuk nyanyian dan disebut beluk. Beluk biasa dinyanyikan sambil menunggui orang yang baru saja melahirkan, dan juga agar tidak terjadi sesuatu pada bayinya. Orang yang baru melahirkan akan ditunggui oleh beberapa orang, baik tetangga ataupun kerabatnya.


Salah satu mata pencaharian suku sunda ialah huma atau ngahuma. Ngahuma artinya berladang.
Berladang dan bersawah banyak dilakukan oleh masyarakat sunda. Tetapi bagi masyarakat sunda kanekes , pertanian di sawah-sawah merupakan kegiatan tabu bagi mereka. Sumber kehidupan mayarakat kanekes adalah menanam padi di lading, berburu ikan, dan binatang hutan, menanam tanaman buah, dan menyadap air kawung di hutan.
Dari sekumpulan kalimat diatas hanya segitu yang dapat saya tulis, untuk selebihnya masih banyak lagi bagian dari suku sunda yang dapat kalian cari. Mari kita lestarikan suku sunda sebagai wujud cinta kita kepada kebudayaan bangsa.

Harapan


Sebuah harapan yang dimiliki setiap manusia pasti harapan yang indah, harapan yang indah akan selalu ada dalam benak kita. Kenapa sih setiap manusia mempunyai harapan? jawabannya karena manusia menjalani hidup yang pasti mempunyai tujuan dan sebuah harapan, ya seperti saya mempunyai banyak harapan. Tentunya sama seperti kalian semua, bagaimana caranya harapan itu bisa kita dapatkan? saya yakin kalian semua bisa menjawabnya. Kita boleh kok berandai-andai atau membayangkan sesuatu yang memang ingin kita dapatkan, ingin kita capai, ingin kita genggam dengan kuat. Saya yakin kalian semua mempunyai cara masing-masing untuk mendapatkan harapan itu. Apa bisa setiap saat hanya berharap dan berharap tanpa berusaha dan berdoa? kunci yg sangat kuat adalah usaha dan doa, tapi terkadang kemalasan yang membuat kita jadi menghambat semuanya, menghambat segala proses untuk mencapai sebuah harapan. Kepuasaan akan dicapai ketika semua harapan kita akan kita gapai. Ayo kawan kita rancang harapan yang ingin kita capai, siapkan strategi dan arahkan tubuh kita untuk berusaha dan berdoa agar harapan itu menyatu dalam kehidupan kita. -smile-

Minggu, 01 Mei 2011

Air vs Angin

Selamat datang bulan Mei…! Heii teman-teman jangan bosan ya mampir ke blog saya.
Hhmmm….seperti biasa aja ya kita ngobrol-ngobrol disini sambil mengisi waktu dari pada terbuang dengan percuma kan sayang juga, hheee….
Kalau mau berbicara tentang kehidupan, apa sih yang kalian mau dari hidup ini dan kehidupan seperti apa yang kalian inginkan? Banyak orang berpendapat kalau hidup itu biarkan saja mengalir seperti air. Padahal sesuatu yang dibawa air itu tidak akan selalu lancar mengalir, pasti ada yang tersangkut bebatuan ataupun terhenti di suatu tempat. Itu artinya kita akan terhambat menjalani kehidupan. Ya itu salah satu rintangannya. Tapi kalau kita berfikir lagi hidup seperti air itu berarti hidup kita tidak akan pernah maju dong? Karena air itu kan selalu mengalir ke bawah atau segala sesuatu yang dibawa oleh air itu pasti akan berlabuh ke suatu tempat yang rendah. Ya, artinya kita akan selalu berada dibawah kalau kita terus dibawa oleh arus air. Kapan mau majunya kalau begitu?
Kalau saya sendiri sih berpendapat hidup itu seperti angin, kenapa? Karena angin akan membawa segala sesuatunya kemanapun ia terbang. Kadang keatas dan kadang pula kebawah, seperti gambaran kehidupan kita yang terkadang berada diatas dan kadang pula berada dibawah. Saat angin membawa kita terbang jauh tinggi keatas itu artinya kita berada pada tempat kebahagiaan, tapi saat angin membawa kita kebawah itu artinya kita sedang berada pada tempat kesedihan. Semua itu ada waktunya dan kita semua pasti pernah merasakan hal itu. Tidak akan ada kebahagiaan kalau tanpa kesedihan, semua itu mutlak adanya. Jangan pernah takut untuk menjalani hidup ini karena segala sesuatunya mempunyai makna dan dari kehidupan ini amat sangat banyak pengetahuan-pengetahuan ataupun pelajaran yang bisa kita ambil. Bahkan semuanya itu dapat kita jadikan sebagai acuan.
Jadi teman-teman mau pilih yang mana, hidup seperti air atau hidup seperti angin?