wibiya widget

Senin, 01 Oktober 2012

Suku Asmat


Kebudayaan Suku Asmat
Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal dialek, cara hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di antara sungai Sinesty dan sungai Nin serta suku Simai. Seorang dari suku Asmat tengah membuat ukiran kayu
Ada banyak pertentangan di antara desa berbeda Asmat. Yang paling mengerikan adalah cara yang dipakai Suku Asmat untuk membunuh musuhnya. Ketika musuh dibunuh, mayatnya dibawa ke kampung, kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk dimakan bersama. Mereka menyanyikan lagu kematian dan memenggalkan kepalanya. Otaknya dibungkus daun sago yang dipanggang dan dimakan.
Sekarang biasanya, kira-kira 100 sampai 1000 orang hidup di satu kampung. Setiap kampung punya satu rumah Bujang dan banyak rumah keluarga. Rumah Bujang dipakai untuk upacara adat dan upacara keagamaan. Rumah keluarga dihuni oleh dua sampai tiga keluarga, yang mempunyai kamar mandi dan dapur sendiri. Hari ini, ada kira-kira 70.000 orang Asmat hidup di Indonesia. Mayoritas anak-anak Asmat sedang bersekolah.
Suku Asmat berada di antara Suku Mappi, Yohukimo dan Jayawijaya yang terdapat  di Pulau Papua. Sebagaimana suku lainnya yang berada di wilayah ini, Suku Asmat ada yang tinggal di daerah pesisir pantai dengan jarak tempuh dari 100 km hingga 300 km, bahkan Suku Asmat yang berada di daerah pedalaman, dikelilingi oleh hutan heterogen yang berisi tanaman rotan, kayu (gaharu) dan umbi-umbian dengan waktu tempuh selama 1 hari 2 malam untuk mencapai daerah pemukiman satu dengan yang lainnya. Secara umum, kondisi fisik anggota masyarakat Suku Asmat, berperawakan tegap, hidung mancung dengan warna kulit dan rambut hitam serta kelopak matanya bulat.
Dalam kehidupannya, Suku Asmat memiliki 2 jabatan kepemimpinan, yaitu  Kepemimpinan yang berasal dari unsur pemerintah dan  Kepala adat/kepala suku yang berasal dari masyarakat. Kapala adat/kepala suku dari Suku Asmat sangat berpengaruh dan berperan aktif dalam menjalankan tata pemerintahan yang berlaku di lingkungan ini. Karena segala kegiatan di sini selalu didahului oleh acara adat yang sifatnya tradisional, sehingga dalam melaksanakan kegiatan yang sifatnya resmi, diperlukan kerjasama antara kedua pimpinan dalam memperlancar proses tersebut.
Bila kepala suku telah mendekati ajalnya, maka jabatan kepala suku tidak diwariskan ke generasi berikutnya, melainkan  dipilih dari orang yang berasal dari fain, atau marga tertua di lingkungan tersebut atau dipilih dari seorang pahlawan yang berhasil dalam peperangan.
Sebelum para misionaris pembawa ajaran agama datang ke wilayah ini, masyarakat Suku Asmat menganut Anisme. Dan kini, masyarakat suku ini telah menganut berbagai macam agama, seperti Protestan, Khatolik bahkan Islam.
Adapun kegiatan bercocok tanam yang biasa dilakukan adalah menanam berbagai jenis tanaman seperti wortel, matoa, jeruk, jagung, ubi jalar dan keladi. Disamping itu mereka juga beternak ayam dan  babi.
Dalam menjalankan proses kehidupannya suku Asmat menjalankannya melalui berbagai proses sebagai berikut:
Kehamilan
Selama proses ini berlangsung, bakal generasi penerus dijaga dengan baik agar dapat lahir dengan selamat dengan bantuan ibu kandung atau ibu mertua. Generasi penerus akan dididik berdasarkan adat istiadat yang berlaku dalam kebudayaan suku asmat.
Kelahiran
Dalam proses kelahiran, tidak lama setelah si jabang bayi lahir dilaksanakan upacara selamatan dengan acara pemotongan tali pusar yang menggunakan sembilu, alat yang terbuat dari bambu yang dilanjarkan. Selanjutnya diberi ASI sampai usia 2/3 tahun.
Pernikahan
Dilakukan oleh pria maupun wanita yang telah berusia 17 tahun dan dilaksanakan oleh pihak orang tua lelaki setelah kedua belah pihak mencapai kesepakatan dan melalui uji keberanian untuk membeli wanita dengan mas kawinnya piring antik yang berdasarkan pada nilai uang kesepakatan kapal perahu Johnson, maka pihak pria wajib melunasinya dan selama tahap pelunasan pihak pria dilarang melakukan tindakan aniaya walaupun sudah diperbolehkan tinggal satu atap.
Kematian
Bila kepala suku meninggal, maka jasadnya disimpan dalam bentuk mumi dan dipajang di depan joglo suku ini, tetapi bila masyarakat umum, jasadnya dikuburkan.
Proses ini dijalankan dengan iringan nyanyian berbahasa asmat dan pemotongan ruas jari tangan dari anggota keluarga yang ditinggalkan.
Dari penjabaran diatas kita mengetahui ada beberapa proses kehidupan yang dijalankan suku asmat berbeda dengan kita, namun ada pula yang sama seperti bayi yang sudah lahir dipotong tali pusarnya tetapi dengan menggunakan alat yang berbeda. Tata cara pernikahan suku asmat jelas sangat berbeda dengan kalangan kita pada umumnya, bahwa wanita suku asmat yang akan menikah harus dibeli oleh pria suku asmat dengan menggunakan piring antik. Kematian kepala suku asmat jasadnya harus disimpan dalam bentuk mumi dan dipajang, hal ini sangat berbeda dengan kaum kita, pada kalangan kita masyarakat biasa bahwa seseorang yang meninggal pada umumnya jasadnya dikuburkan.
Hal yang lebih menarik bahwsanya bayi babi disusui oleh kaum wanita suku asmat selama usia babi itu mencapai 5 tahun, mungkin bagi kaum biasa itu hal yang tidak wajar, tetapi karena itu merupakan adat istiadat suku mereka maka mereka menganggap ini semua adalah hal yang harus mereka jalankan. Meskipun kita menganggap aturan mereka ini kebanyakan tidak wajar tetapi justru disinilah mereka mempunyai nilai tersendiri. Norma-norma yang mereka anggap ada pada suku mereka maka itulah yang harus mereka taati.
Norma merupakan ukuran yang digunakan oleh masyarakat untuk mengukur apakah tindakan yang dilakukan merupakan tindakan yang wajar dan dapat diterima atau tindakan yang menyimpang. Norma dibangun atas nilai sosial dan norma sosial diciptakan untuk mempertahankan nilai sosial.
Dari norma-norma tersebut yang mereka bangun maka suku asmat pun menjalankan itu semua sesuai dengan kepercayaan mereka.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis Disini